Sabtu, 09 Januari 2010

Batuan Sedimen (Batupasir)

Yuk share ke teman

Kamu suka artikel ini?

Batuan Sedimen
Batuan sedimen merupakan batuan yang tersusun dari material-material hasil pelapukan batuan induk, baik aktivitas geologi atau proses kimia, fisika maupun kerja dari organisme. Pada umumnya batuan sedimen pada lapangan panasbumi terjadi akibat sedimentasi bahan lepas hasil suatu erupsi gunung api.

TANDA-TANDA ATAU PETUNJUK BATUAN SEDIMEN[/b]
1- Kehadiran perlapisan atau stratification
2- Adanya struktur sedimen di atas satah atau di dalam perlapisan
3- Terjumpanya fosil
4- Kehadiran butiran yang telah mengalami proses angkutan (klas)
5- Kehadiran mineral yang asalan sedimen (glaukonit, chamosite)

Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks). Batuan volkanoklastik yang berasal daripada aktiviti gunung berapi. Debu-debu daripada aktiviti gunung berapi ini akan terendap seperti sedimen yang lain. Antara batuan yang ada dalam kumpulan ini ialah;
Batu pasir bertuf
Aglomerat

Batuan volkaniklastik boleh terbentuk dengan dua cara;
• Hakisan batuan volkanik yang sedia ada sebelumnya, dan terendap semula.
• Berasal terus daripada letusan gunung berapi. Sedimen yang terendap semula ke permulaan bumi ini akan melalui proses pemendapan seperti sedimen klastik lain. Batuan yang terbentuk daripada sedimen gunung berapi ini dikenali sebagai batuan piroklastik.
Batuan volkanoklastik secara umumnya di kelaskan berdasarkan kepada saiz butiran (seperti batuan terrigenous lain).

sumber: http://pkukmweb.ukm.my/~kamal/batu-sedimen/volkanoklastik.htm



Mampatan menyebabkan butiran bersentihan antara satu sama lain, dan tempat sentuhan
boleh membentuk sempadan butiran jenis sutur. Lrutan yang terhasil akan memenuhi rongga dan
akhirnya boleh menjadi cairan simen.

Pada batuan sedimen klastik, parameter yang dapat diamati berupa tekstur, struktur, kandungan fosil dan komposisi mineral. Boggs (1987) menyatakan bahwa tekstur batuan klastik dihasilkan oleh proses fisika sedimentasi dan dianggap mencakup ukuran butir, bentuk butir (bentuk, pembundaran dan tekstur permukaan), dan kemas (orientasi butir dan hubungan antar butir). Hubungan antar tekstur primer ini menghasilkan parameter-paremeter yang lain seperti bulk density, porositas dan permeabilitas. Sedangkan Folk (1974) menyebutkan bahwa ada 2 sifat-sifat batuan sedimen yang besarannya dapat diukur, yaitu ukuran butir (rata-rata, sortasi, kemencengan/skewness, dan kurtosis) dan morfologi partikel (bentuk butir, pembulatan, pembundaran, dan tekstur permukaan butiran).
Batupasir merupakan batuan sedimen klastik yang dominan butirannya berukuran pasir. Seperti halnya batuan sedimen klastik yang lain, parameter yang dapat diamati pada batupasir adalah tekstur, struktur dan komposisi mineral. Dari ketiga parameter tersebut dapat diturunkan beberapa parameter yang dapat diukur, yang nantinya dianggap sebagai parameter empiris batupasir.
Dari tekstur batupasir dapat diturunkan beberapa parameter empiris, yaitu ukuran butir, bentuk butir (pembundaran dan pembulatan), dan sortasi. Sedangkan dari struktur sedimen dapat diturunkan parameter-parameter empiris, misalnya arah perlapisan silang siur, arah orientasi butir, dll. Dan dari komposisi mineral dapat diturunkan beberapa parameter empiris batupasir, yaitu persen butiran keras (rigid grain), butiran lunak (ductile grain) dan matrik. Di samping beberapa parameter di atas juga terdapat parameter yang berhubungan dengan parameter-parameter tersebut, yaitu bulk density, porositas dan permeabilitas.

Porositas batupasir dihasilkan dari sekumpulan proses-proses geologi yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi. Proses-proses ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu proses pada saat pengendapan dan proses setelah pengendapan. Kontrol pada saat pengendapan menyangkut tekstur batupasir (ukuran butir dan sortasi). Proses setelah pengendapan yang berpengaruh terhadap porositas diakibatkan oleh pengaruh fisika dan kimia, yang merupakan fungsi dari temperatur, tekanan efektif dan waktu (Bloch, 1991).
Beard dan Weyl (1973) menyatakan bahwa porositas sangat kecil dipengaruhi oleh perubahan dalam ukuran butir dengan sortasi yang sama, tetapi porositas bervariasi terhadap sortasi. Penurunan porositas dari 42,4 % pada pasir bersortasi baik sampai 27,9 % pada pasir yang bersortasi sangat jelek. Sedangkan Graton dan Fraser (1935 dalam Beard & Weyl, 1973) menemukan bahwa pengepakan bola sangat kuat hingga berbentuk rhombohedral diperoleh porositas sebesar 26 % dan pengepakan berbentuk kubus diperoleh porositas 47,6 %. Tetapi di alam pengepakan butiran tidak berbentuk kubus maupun rhombohedral








YOU MIGHT ALSO LIKE

0 komentar:

Posting Komentar

Advertisements

Advertisements